Assalamu'alaikum wr. wb.
Dalam menggapai kehidupan bahagia, tidaklah mudah untuk
mewujudkannya. Rintangan dan tantangan terkadang datang silih berganti, dengan berbagai
konflik episode yang terkadang tak pernah diduga oleh si pemeran (suami-istri).
Sudah semestinya, pasangan suami-istri untuk senantiasa bersikap realistis dan
saling memahami satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari.
Kebersamaan, kesatuan lahir batin dan kekompakan sosial di
dalam bangunan rumah tangga tak dapat dicapai dalam waktu singkat, harus
melewati beberapa tahapan, belajar dari usaha yang pernah dilakukan dan
pengalaman kesalahan yang pernah terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan keinginan
yang kuat untuk saling memahami dari masing-masing pasangan suami-istri dan
berusaha terus-menerus untuk merealisasikan kesatuan lahir dan batin, disertai dengan
kesabaran, kebijaksanaan, dan ketenangan jiwa. Semua itu sangat urgen, guna
menyelesaikan problem rumah tangga. Sehingga dapat menyiapkan situasi rumah
tangga yang Sakinah, Mawadah, wa Rahmah. Aamiin.
Kata dari “Keluargaku Surgaku” merupakan judul yang sengaja
saya angkat, karena saya sebagai seorang istri menyadari betapa pentingnya
menciptakan sebuah surga kebahagiaan dalam keluarga, karena keluarga adalah tempat
utama seorang istri mencurahkan hati pada suami, tempat seorang suami
mendapatkan curahan cinta dari istri, tempat di mana anak-anak memperoleh
perlindungan dan pendidikan utama dari orangtua, serta menjadi tempat orangtua
mencurahkan kasih sayang pada anaknya. Karena, surga dalam keluarga tak mungkin
dapat dicipta jika salah satu mengabaikan atau bahkan diabaikan. Na’udzubillahiminzalik.
Kehidupan rumah tangga, penting untuk selalu dikontrol
dan dijaga. Layaknya motor yang kita pergunakan, bila kita teledor merawat dan
mengontrolnya, mesin atau salah satu komponen
pentingnya bisa rusak. Agar kejadian tersebut dapat diantisipasi, ada beberapa
langkah berikut yang bisa dicoba, yakni:
1.
Untuk yang muslim.
Terapkan
aturan salat berjamaah di rumah. Misal: jadwal salat berjamaah pada waktu
Magrib, Isya dan Subuh. Serta adakan pengajian rutin. Kegiatan semacam itu,
selain dapat mempererat hubungan keluarga, juga dapat mendekatkan diri pada
sang Pencipta.
2.
Memanfaatkan waktu luang dengan
kegiatan yang berguna.
Waktu luang atau libur dari pekerjaan, sebagian orang ada yang memanfaatkan
dengan berekreasi ke kebun binatang, membuat perpustakaan keluarga, dan
melakukan kegiatan berguna lainnya. Namun, pada kenyataannya masih ada keluarga
yang menghabiskan waktu tanpa keluarga, seperti: sang suami lebih memilih
piknik ke rumah temannya, si istri lebih memilih ngumpul bersama teman arisan
dan rumpinya, sedang anak terbengkalai sehingga memilih ikut teman-temannya
tanpa diketahui oleh orangtua mereka, entah pergi dan melakukan apa. Na’udzubillah.
Waktu senggang hendaklah digunakan sebaik-baik mungkin untuk
bercengkrama bersama keluarga, selain dapat menumbuhkan rasa kasih sayang, hal
tersebut dapat mempererat hubungan antara anak dan orangtua sehingga mereka
lebih berani untuk terbuka.
3.
Suami atau istri hendaklah
saling memuji dan memotivasi.
Mungkin
ada sebagian orang yang merasa enggan melakukan ini, karena menganggap hal
tersebut tak perlu dilakukan sebab terasa ‘lebay’ dan bukan ABG lagi. Padahal,
pujian atau kalimat motivasi inilah yang berfungsi sebagai ‘suplemen’ yang
memacu untuk terus berbuat, dapat memberi kekuatan pada suami dan istri,
sekaligus mengubur perdebatan-perdebatan tak bermanfaat yang bisa menggiring
pada kesengsaraan. Contoh kecil misalnya, di saat suami memuji masakan istri
yang masih ragu dengan kemampuan memasaknya, ungkapan tersebut dapat
mendorongnya untuk membuat masakan dengan lebih baik.
4. Jangan membiarkan perselisihan hingga
berlarut-larut.
Pada
masalah ini, terkadang ada sebagian pasangan yang apabila berselisih lebih
memilih ke luar rumah. Padahal, hendaknya yang dilakukan yaitu selesaikan
dengan tenang apa yang sedang diperselisihkan, saling meminta maaf dan tidak ke
luar dari rumah jika apa yang diperselisihkan tersebut belum selesai.
Hal
yang harus dikendalikan oleh istri yaitu sikap sensitif, sedangkan seorang
suami yang cerdas dan berhati baik hendaklah dapat mencairkan kebekuan
istrinya.
5.
Cemburu jangan berlebihan dan
jangan menyindir dengan sindiran yang menyakitkan.
Adakalanya
dalam berumahtangga, pasangan dilanda rasa cemburu. Namun, hendaklah kecemburuan
itu tak membabi buta. Karena, sikap seperti itu justru menjerumuskan dalam
keretakan. Suami istri harus senantiasa bersikap bijaksana dalam mengelola
kecemburuan. Jangan sampai membiarkan kecemburuan itu berlebihan tanpa melihat
dan memerhatikan realitas sesungguhnya. Kecemburuan harus dikontrol dalam
batasan-batasan yang wajar, hingga menjadi jembatan penghubung kasih sayang antara
suami istri, bukan sebagai jalan yang merenggangkan dan menjauhkan hubungan
keduanya.
Ketika
menyindir pasangan, hendaklah tidak menyindir dengan sindiran yang menyakitkan.
Contoh: ketika istri berdandan sedikit menor, hendaklah suami menyindir dengan
halus. Semisal, “Ma, kelihatannya Mama lebih terlihat manis dan cantik jika
make-up sedikit ditipiskan”. Atau mungkin, “Sayang, pakaian itu mengingatkan
Papa pada nenek di kampung, coba kalau celana yang kebesaran itu diganti sama
rok biru muda. Mama pasti terlihat lebih feminin”. Hal serupa pun dapat
dilakukan oleh istri, misal: “Sayang, tadi Bu Bejo bilang kalau ayang kasih
uang sama perempuan. Memangnya dia itu siapa?”. Karena, Bisa jadi perempuan
yang dimaksud itu adalah ibu tua miskin yang dengan kebaikan hati suami
memberinya sedekah untuk makan ibu itu dan anaknya.
6.
Hati-hati dengan aib.
Dalam
berumahtangga hendaklah pintar-pintar menyimpan aib keluarga, suami adalah
pakaian istri dan istri adalah pakaian suami. Keduanya saling membutuhkan dan
saling melengkapi. Jika suami menyebarkan aib istri, maka yang menjadi cemooh
pun adalah suami, begitu pula sebaliknya. Ada sebagian wanita (semoga bukan
kita) yang secara terang-terangan membicarakan aib suaminya pada orang lain,
menjelek-jelekkan perilaku suami pada keluarganya bahkan orang lain. Padahal, bisa
jadi di saat suami istri nanti itu mencapai puncak sukses, jangan salahkan
orang tersebut jika suatu saat mereka menyebarkan aib yang dulu pernah
diceritakan guna menjatuhkan. Sebab, sebanyak-banyak orang memberi air, lebih
banyak orang yang ingin memberi api. Maka, berhati-hatilah!
Itulah sebagian
kecil yang dapat menunjang kebahagiaan dalam mewujudkan surga dalam keluarga,
dan mungkin sebenarnya masih banyak hal-hal lain bahkan sepele yang dapat
menunjang keharmonisan rumah tangga. Semoga keluarga kita selalu dilindungi dan
menggapai kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.