Halo Moms, sudah memberikan asupan makanan apa hari ini buat buah hatinya? Yakin sudah memenuhi standar kebutuhan harian anak? Wajib tahu ya, Moms, jika Asupan makanan yang tidak sesuai kandungan gizi dapat menyebabkan pertumbuhan kognitif dan fisik anak terganggu loh. Hal inilah yang kemudian menjadi penyebab umum permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh anak-anak Indonesia. Akibatnya, permasalahan gizi kronis pada balita tak pernah putus. Selalu saja bermunculan kasus-kasus baru yang berkaitan dengan anak kurang gizi hingga bahkan stunting. Miris ya.
Perlu diketahui bersama, jika berdasarkan dari hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, menunjukkan bahwa prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 hingga menjadi 24,4%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan, yang mana jumlahnya dari 16,3% menjadi 17%. Apabila ditinjau menurut standar WHO, hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% (10,9%) dan wasting di bawah 5% (3%).
Perlunya Literasi Tentang Asupan Gizi
Perlu kita ketahui, jika permasalahan gizi seharusnya menjadi prioritas. Mengapa demikian? Sebab, apabila hal tersebut kita abaikan, bahkan kondisi ini tidak segera ditangani bersama, maka besar kemungkinan juga dapat berdampak buruk bagi negara, hingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, atau sekitar Rp 400 triliun rupiah per tahunnya. Tentu saja itu bukan jumlah yang sedikit.
Dari apa yang dijelaskan sebelumnya, inilah kemudian alasan mengapa Keluarga merupakan ujung tombak perbaikan gizi anak. Akan tetapi, fakta di lapangan, tingkat literasi gizi keluarga di Indonesia masih sangat rendah. Hal itu ditunjukkan dari banyaknya orang tua yang pada umumnya memberikan asupan makanan bagi anak hanya berdasarkan pengalaman hingga kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di tengah masyarakat. Selain itu, pengalaman serta kebiasaan yang didapat dari iklan dan promosi produk pangan yang sudah menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari, baik itu melalui televisi maupun sosial media. Hal itulah yang terjadi pada produk kental manis, dimana cara produk ini beriklan dan berpromosi selama bertahun-tahun yang telah mengakibatkan kesalahan persepsi di masyarakat kita.
Dari keselahan itulah kemudian menimbulkan dampak buruk, dimana tidak sedikit anak, balita bahkan bayi yang mengalami gangguan gizi akibat mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu. Karena masih minimnya informasi di masyarakat inilah perlunya dilakukan edukasi supaya tidak terjadi lagi anak yang mengalami gizi buruk.
Alhamdulillah, Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti acara webinar tentang kesehatan dengan tema "Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga" Dikdasmen sebagai harapan dalam memberikan edukasi terkait peruntukkan kental manis pada 18 April 2022 baru-baru ini, tentunya dengan menghadirkan beberapa orang narasumber, diantaranya:
- Prof. Dr. Masyitoh Chusnan, M.Ag., selaku ketua PPA
- dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)., Dokter
- Arif Hidayat, SE., MM., selaku Ketua Harian YAICI
- Prof. Dr. Ir. Netty Herawati., M.Si., Seorang Ahli Gizi & Praktisi Pendidikan PAUD.
Dalam webinar kali ini, juga bertujuan memberikan pembekalan serta edukasi gizi kepada Guru PAUD, yang diharapkan dapat menjembatani kebutuhan orang tua terhadap informasi dan sekaligus menerapkan pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak-anak.
Dalam kesempatannya, Arif Hidayat, SE., MM., menjelaskan, jika penduduk di Indonesia masih banyak yang kekurangan gizi mikro, makro bahkan gizi lebih. Hal ini, tentunya harus segera diatasi demi untuk menuju program Generasi Emas Indonesia 2045. Untuk mewujudkan generasi emas inilah diperlukannya kolaborasi edukasi gizi dan memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat, tentunya melalui peningkatan literasi dan perbaikan gizi masyarakat itu sendiri.
"Untuk dapat mencegah gagal tumbuh, tentunya dapat dilakukan dengan cara memberikan nutrisi yang tepat bagi anak", terang Arif Hidayat.
Literasi Gizi di Lingkungan PAUD
Ada hal menarik yang dibahas kali ini, yakni dimana literasi gizi diadakan di lingkungan PAUD. Mengapa? Sebab, lingkungan PAUD menjadi salah satu tempat yang dapat menjembatani pengetahuan orang tua tentang gizi anak dan anak-anak pun dapat diberi pemahaman mengenai makanan dan minuman yang bernilai gizi. Selain itu, salah satu isu penting mengenai literasi gizi ialah pemahamannya terhadap keseimbangan makanan yang dikonsumsi, baik dari aspek kualitas maupun kuantitasnya.
Berita baiknya, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) saat ini membawahi 22.000 PAUD di seluruh Indonesia, dalam hal untuk meningkatkan literasi serta perbaikan gizi masyarakat, serta memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat. Dan, tentunya dibutuhkan dukungan bersama.
Semoga informasi tersebut bermanfaat.
Wih mantap nih kak, setuju aku, sebagai orang tua harus menambah wawasan mengenai si buah hati, jangan mudah tergiur dengan iklan
BalasHapusSekian tahun banyak orang berjuang untuk literasi gizi, ternyata baru Bali yang bebas ya. Masih jadi PR besar nih bagi provinsi2 lainnya. Yuk belajar sama-sama.
BalasHapusAku juga menyimak dan mencatat semua materi Webinar YAICI tersebut, banyak sekali ilmu yang bermanfaat buat kita dan juga orang lain seputar gizi anak Indonesia agar dapat cegah stunting
BalasHapusPenting sekali mengedukasi orangtua mengenai gizi yang seimbang untuk usia emas anak-anak dalam tumbuh kembangnya. Sehingga stunting dapat dicegah dan generasi emas Indonesia pun mampu bersaing, kelak.
BalasHapus