Saya tidak ingat, tepatnya ini bulan ke berapa alami cuaca panas yang luar biasa. Meskipun kipas angin dihidupkan siang malam, entah mengapa rasa gerah dari panasnya cuaca masih saja terasa. Padahal, ventilasi di rumah sudah cukup bagus, bahkan jendela dan pintu pun terbuka (karena menggunakan terali), tapi masih saja terasa gerah dan panas luar biasa.
Flashback Tahun 1995
Sebuah rumah berdinding papan berdiri di atas tanah cokelat kehitaman yang terbilang cukup luas, di sanalah Saya, adik, ibu dan ayah tinggal. Meskipun sederhana, namun bersyukur karena sudah menempati rumah sendiri (setelah sebelumnya kami kerap pindah-pindah karena mengontrak). Meskipun halaman yang luasnya tak seberapa, masih bisa ditanami dengan singkong, cabai rawit, sayur katuk, sedangkan sisa halaman di belakang ditanami pohon pisang.
Tidak jauh dari tempat tinggal kami, ada sebuah kali yang dalamnya kira-kira sebatas leher orang dewasa yang airnya sangat jernih. Saking jernihnya, saat berdiri di atas jembatan maka kita akan dapat melihat dasar kali yang dipenuhi dengan bebatuan. Saya, Ani, Dini, Desti dan adik Saya, kerap sekali mandi di kali itu. Yang paling menyenangkan, setelah dari sana kami diajak Desti ke rumahnya, memetik buah Manggis (Garcinia mangostana L.) di pekarangan rumahnya. Saat musim Jambu Mete (Kami waktu itu menyebutnya Jambu Monyet dengan nama latin ~Anacardium occidentale~) kami pun bisa memakannya gratis karena memang diperbolehkan sama mama teman Saya itu 😅. Seru? Banget. Sembari memetik lalu memakannya dengan duduk santai di bawah pohon rindang, terdengar kicauan burung, ayam berkokok, dan ditiup angin sepoi-sepoi.
Setelah Beberapa Tahun Kemudian
Rumah yang dulu masih berjarak dan dapat dihitung jari, perlahan mulai ramai. Satu, dua, tiga, hingga beberapa rumah lainnya pun mulai ikut berdiri diantara rumah satu dengan rumah yang lainnya. Bahkan, lapangan yang sangat luas dulunya menjadi tempat bermainku bersama teman-teman perlahan mulai mengecil ukurannya, hingga menjadi ukuran lapangan basket, sebab telah berdiri perumahan bersubsidi di sana.
Semakin tahun hingga ke tahun, pohon dan tanaman yang mengisi sisi jalan semakin hilang dengan berdirinya rumah warga bahkan warung dan ruko. Perlahan, tapi pasti. Suara kicauan burung mulai tak terdengar lagi, kali yang menjadi tempat mandi dan bermain sudah menjadi sangat kotor karena dipenuhi sampah rumah tangga.
Sekarang
Kalau flashback ke masa kecil itu, Saya belum pernah merasakan cuaca sepanas sekarang ini, sebab dulu pohon-pohon besar masih banyak, rumah penduduk tidak sepadat sekarang. Meskipun ventilasi rumah sudah cukup baik dan begitupun dengan sirkulasi udara juga sudah terbilang baik, namun masih saja cuaca panas terasa bahkan membuat gerah. Bahkan, baru saja sehabis mandi, tetap saja beberapa menit kemudian terasa gerah kembali dan ingin mandi lagi.
Kalau dibandingkan sekarang dengan masa kecil Saya itu memang jauh berbeda, kalau dulu ibu memasak nasi menggunakan tungku bahkan sesekali kompor minyak yang harus dikeloni hingga matang, sekarang tinggal pencet tombol lalu tinggalkan pergi dan setelah pulang beras yang ditanak sudah disulap menjadi nasi oleh penanak nasi listrik. Dan banyak alat canggih-canggih lainnya yang dapat membantu kepraktisan namun punya dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
Upayaku Bantu Jaga Perubahan Iklim
Memang, mungkin tidak banyak yang bisa ku lakukan, namun setidaknya bisa ikut bantu menjaga alam ini dari kerusakan yang perlahan mulai dirasakan.
- 1. Mengurangi Penggunaan Listrik.
Jika biasanya kulkas, rice cooker, televisi, mesin air, bahkan blender bisa hidup bersamaan dalam satu waktu, perlahan Saya mulai mengurangi dengan mematikan televisi jika tidak ditonton, mencabut colokan rice cooker bila nasi sudah matang, mengisi beberapa ember berukuran besar sebagai penampungan air agar tidak bolak balik menghidupkan mesin air (kebetulan rumah kami belum ada penampungan air khusus seperti rumah lain pada umumnya), mencabut colokan yang tidak dipakai lagi, bahkan saat tidur malam hanya lampu teras dan lampu kecil di ruang tamu yang masih menyala (karena kebetulan Saya punya bayi, sebab biasanya semua lampu dipadamkan selain lampu teras).
- 2. Mengurangi Penggunaan Kresek.
Kalau dulu saat akan berbelanja Saya akan lebih senang menerima belanjaan dengan kresek dari si penjual, perlahan Saya mulai mengubah pola tersebut, yakni dengan menggunakan Tote Bag. Sebab, bisa digunakan kembali.
Bahkan, saat ini pun mulai banyak Tote Bag dengan gambar dan warna yang lucu, sehingga untuk dibawa anak kuliahan pun juga sangat oke.
- 3. Lebih Berhati-hati Membeli Pakaian.
Siapa sih yang tidak bakal tertarik dengan model terupdate pakaian yang kian hari kian banyak model bahkan warnanya yang matching? Pastinya pengen. Kalau bisa, pakaian buat kondangan si A, model dan warnanya beda dengan pakaian buat kondangan si B. Pakaian buat jalan-jalan, buat hangout sama teman-teman, juga maunya beda. Tapi, tahukah Kamu, jika tidak pandai menahan diri (semua pakaian ingin dibeli, dikoleksi) tentu saja pakaian-pakaian tersebut hanya akan teronggok di lemari yang tak cukup satu atau dua lemari. Sehingga, Saya menerapkan, jika pakaian tersebut masih sangat layak pakai, maka tidak usah membeli pakaian lagi. Namun, jika sudah terlanjur menumpuk dan tidak terpakai namun masih layak pakai, ada baiknya dilungsurkan atau disedekahkan ke mereka yang membutuhkan pakaian.
- 4. Mendaur Ulang Sampah
Ada beberapa sampah rumah tangga yang masih bisa didaur ulang maka sebaiknya didaur ulang, seperti misalnya sampah sisa makanan dapat dijadikan pupuk kompos, sampah plastik bisa dibuat kerajinan tangan, bekas pospak dibersihkan lalu dibuat pot bunga unik dan lucu.
- 5. Mengurangi Penggunaan Pospak (popok sekali pakai) dengan beralih ke Clodi.
Perlu diketahui, jika berdasarkan dari rangkuman yang Saya kutip pada Mongabay(dot)do(dot).id jika pospak menjadi penyumbang sampah terbesar kedua di laut yakni sebanyak 21%.
- 6. Memanfaatkan Sisa Tanah Pekarangan dengan Menanam Tanaman.
Alhamdulillah, rumah yang kami tempati saat ini memiliki pekarangan, baik di depan maupun belakang rumah, sehingga Saya bisa memanfaatkannya untuk bercocok tanam. Ada berbagai tanaman diantaranya pohon pisang, daun katuk, singkong, serai, jahe merah, dan kunyit. Bahkan, pekarangan (yang meskipun tidak banyak sisa dari hasil pembangunan rumah) sengaja tidak kami semen namun membiarkan tanahnya dengan menanam rumput gajah. Membuat pekarangan lebih hijau dan sejuk dipandang mata.
Meskipun hanya langkah kecil yang bisa Saya lakukan, namun setidaknya Saya sudah berusaha menjaga kelestarian lingkungan. Yuk temans, kita sama-sama menjadi #TeamUpforImpact yang konsisten menjaga langkah kecil tersebut agar menjadi sesuatu yang memiliki dampak positif yang besar untuk alam ini, #UntukmuBumiku.
Sumber:
https://dataindonesia.id/ragam/detail/indonesia-hasilkan-2188-juta-ton-sampah-pada-2021
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/timpublikasikatadata/infografik/5e9a4c4a336e0/menuju-indonesia-peduli-sampah
https://www.mongabay.co.id/2018/01/28/suarakan-bahaya-sampah-popok-sungai-brantas-ke-kementerian-sampai-istana-presiden/
Sama seperti saya juga mba , langkah kecil menjaga perubahan iklim di mulai dari rumah sendiri, menerapkan gaya hidup minim sampah dan menghemat sumber daya, bayangkan kalau semua orang sudah melakukan hal ini ya
BalasHapusBenar juga. Habis mandi nggak lama kemudian terasa gerah lagi. Kalau bisa rasanya pingin berendam aja di kamar mandi. Hehehe...
BalasHapusSetuju banget. Di tempat saya juga gitu kak. Dulu sungai di kampung saya bersih banget di tahun 1995, dan sering kami anak-anak pada mandi di situ. Bahkan emak2 aja banyak yang nyuci baju. Airnya juga cukup bersih. Tapi skarang berubah total, airnya jadi keruh, amis, dan berbau busuk karena banyak limbah rumah tangga yang menyemari air. Btw, sama aku juga kalo listrik gak kepake kumatiin. Sudah kubaca artikelnya bagus sekali.
BalasHapusSetuju Mbak, berhati2 dalam membeli pakaian, jangan sampai menambahi jumlah limbah pakaian semata ya demi memuaskan keinginan gonta-ganti model mengikuti tren fashion yang gak habis2, langkah kecil yang sangat bermanfaat
BalasHapusSetiap lingkungan perlu dirawat agar generasi berikutnya merasakan efek dan peniruan postif
BalasHapusSebetulnya sih banyak ya kak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mencegah perubahan iklim ke arah yang makin ekstrem, cuma emang kita itu kudu konsisten dan bersedia memulai. Semoga Bumi makin baik ya
BalasHapusSepakat bahwa kita harus jaga bumi. Banyak hal yang bisa dilakukan. Salah satunya mengurangi penggunaan listrik. Mudah-mudahan bumi tetap terjaga.
BalasHapusKalau ngomongin sampah yang ada di Indonesia, jujur sedih banget karena numpuknya banyak bukan main. Setuju nih, langkah kecil kayak gini yang bisa menyelamatkan bumi apalagi kalau dilakukan bareng-bareng yaa.
BalasHapusLangkah yang sudah aku lakukan yaitu mengurangi penggunaan plastik. Caranya dengan selalu menolak plastik saat belanja, atau dengan membawa kantong belanja, atau plastik yang sudah ada di rumah.
BalasHapusIndah banget ya kenangan masa kecilmu..setuju banget satu langkah kecil asal konsisten berarti untuk bumi...
BalasHapusPerubahan bisa terjadi dari hal yang terkecil dulu kok dan dimulai dari diri sendiri. Semangat mbak
BalasHapus