“Waktu itu Saya sering diejek teman-teman karena penyakit Thalassemia yang saya derita. Namun, Saya tidak mau putus asa!” jelas Dona Rifana, seorang pasien yang sudah 34 tahun menderita Thalassemia.
Dalam rangka memperingati Hari Thalassemia (yang jatuh pada tanggal 8 Mei) saya bersama teman-teman blogger menghadiri acara seminar yang berlangsung pada tanggal 20 Mei 2019 di Aula Siwabessy, Gedung Prof. Sujudi Kemenkes RI Rasuna Said Kuningan-Jakarta Selatan.
Selain itu, acara seminar juga dihadiri oleh umum dan mendatangkan beberapa narasumber, diantaranya:
Dr. dr Teni Tjitra Sari, dr. Cut Putri Arianie, MHKes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Dr Tubagus Djumhana.
Sebelum acara dimulai, didahului dengan screening Thalassemia secara Gratis.
Apa Itu Thalassemia?
For Your Information! Thalassemia merupakan kelainan genetik yang merusak sel darah merah, dimana dalam sel darah merah terdapat hemoglobin yang berfungsi mengangkut oksigen, selain itu Thalassemia merupakan penyakit dengan variasi genetik terbanyak di dunia.
Sehingga, orang yang mengidap Thalassemia memiliki sel darah merah dan hemoglobin yang lebih sedikit dalam darah mereka.
"Skrining kepada pasangan sebelum menikah dan ibu hamil adalah cara yang paling efektif memutus Thalassemia,"
Talasemia terbagi menjadi dua, yakni: mayor dan minor. Dimana kalau mayor diperlukan transfusi darah, sedangkan minor sebaliknya. Penyakit ini diturunkan secara autosomal resesif, Penyebaran thalassemia di dunia membentuk sabuk thalassemia, yang tersusun atas negara-negara dengan frekuensi gen karier (pembawa sifat) thalassemia yang tinggi. Diperkirakan 7% dari populasi dunia merupakan pembawa sifat thalassemia dan sekitar 300.000 - 400.000 bayi baru lahir dengan thalassemia setiap tahunnya.
Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk thalassemia dunia.
Di Indonesia sendiri terdiri dari 3 jenis, yakni:
- 1. Talasemia Mayor.
Dimana biasanya penderita terkena/ terdiagnosis talasemia sejak lahir. Untuk bertahan hidup penderita mayor di haruskan untuk minum obat kerasi besi tiap hari dan tranfusi rutin.
- 2. Talasemia Intermedia.
Untuk jenis penyakit yang satu ini penderita mengalami gejala ringan seperti lesu hingga lemas, hanya saja untuk tranfusi darah penderita ini tidak harus rutin atau diberi obat hanya saat penderita mengalami gejala saja seperti lesu, lemas dan pucat.
- 3. Thalassemia Minor/ pembawa sifat.
Thalassemia minor seperti orang normal, yang tidak terlihat gejala serta tidak membutuhkan tranfusi darah.
Nah, untuk memutuskan mata rantai Thalassemia, tentunya ada beberapa hal yang dapat Kita dilakukan, diantaranya: dengan skrining talasemia melalui pemeriksan darah, bahkan Konsultasi genetic pra nikah.
Semoga bermanfaat!!
dulu sempet belajar ttg ini, tp hanya sebatas turunn genetiknya, dan pengertiannya aja. ga sampai cra memutus mata rantainya. walopun wkt itu aku sempet bingung, gmn kalo seorang wanita thalasemia kena haid, apa berarti akan trus2an darahnya kluar ... baru skr tau ada obat utk mengontrolnya.
BalasHapus